Jumat, 06 Desember 2013

RAA Kusumaningrat

111 tahun sebelum Indonesia merdeka, ketika para bupati dicekal, kekuasaan mereka di batasi. Cianjuran lahir, dari seorang Bupati Cianjur RAA. Kusumaningrat (1834—1862). Ketika itu seni menjadi tempat ‘pelarian’ yang sempurna. Karena semenjak Mataram menyerahkan Priangan kepada Belanda pada 1667, kekuasaan bupati semakin berkurang hingga akhirnya Pemerintahan hanyalah ‘mainan’ Belanda.

RAA. Kusumaningrat, lebih senang menghabiskan waktunya di sebuah bangunan bernama Pancaniti –RAA. Kusumaningrat dikenal juga dengan sebutan Dalem Pancaniti, istilah Dalem adalah julukan bagi seorang pemimpin dan pemerintahanya disebut Kadaleman. Ia lebih suka mencipta lagu, daripada menjalani pemerintahan yang dikebiri Belanda. 

“mau tidak mau memang seperti itu sejarahnya, meskipun kita tidak mau mengakuinya -masa seperti itu. tapi memang itu latar belakang politiknya”, ungkap Nina Herlina Lubis, Guru Besar Sejarah Universitas Padjadjaran. Karena memang pemerintahan saat itu tidak memberi ruang yang leluasa untuk para bupati dalam menjalankan pemerintahan.

Selain latar belakang politik, Cianjuranpun lahir dari perpaduan kesenian-kesenian yang ada sebelumnya. Dalem pancaniti mencipta Cianjuran dengan meracik dari beberapa kesenian, seperti pantun, beluk (mamaca), degung, serta pupuh. Kesenian terdahulu itu diolah menjadi satu bentuk kesenian yang lebih halus, yaitu Cianjuran.

Mulanya, seni Pantun sudah diperkenalkan semenjak R. Jaya Sasana. Dia adalah pemimpin pertama Cianjur. kesenian pantun ini dikembangan oleh seorang seniman bernama Candramanggala, seni ini sudah mulai dilagukan dengan iringan kilung –kecapi sederhana. selain itu ia juga memperkanalkan kesenian tembang wawacan. 

perkembangan kesenianpun berlanjut seiring dengan bergantinya Bupati. begitupun Belanda yang melanda Nusantara kian garang menancapkan cakarnya. hingga akhirnya pada masa Bupati ke VII yaitu Dalem Pancaniti. Cianjuran mengalami puncak perpaduan kesenian yang ada. Dalem Pancaniti yang kesehariaan dihabiskan untuk menciptakan lagu, berhasil membuat suatu bentuk kesenian baru.

Kesenian yang terlahir dari perpaduan beberapa kesenian yang ada. Kesenian ini diberi nama Mamaos. pada masa Dalem Pancaniti, disebut juga masa pembentukan seni mamaos atau periode awal. 1862, RAA. Kusumaningrat wafat, tampuk kepemimpinanpun diganti oleh anaknya RA. Prawiradireja II. Ia menaruh perhatian pada Mamaos dengan menyempurnakan waditra. 

Pada masa pemerintahan Prawiradireja II mamaos berkembang pesat. Dibantu oleh beberapa seniman kadaleman seperti R. Etje Madjid, R. Asikin, Aong Jalahiman, serta beberapa seniman lainnya. Perkembangan Mamaos mulai menurun sekitar tahun 1910-1912 saat pemerintahan diwakili oleh Demang Natakoesoemah. Pada masa ini para seniman Mamaos mulai berinisiatif untuk menyebarluaskan di kalangan menak.



Penyebarluasan mamaos mulai gencar dilakukan pada masa RA. Mucharam Wiranatakoesoemah. Ia juga mulai memperkenalkan mamaos di Bandung pada 1920, saat ia menjadi Bupati Bandung. Ia menugaskan R. Etje Madjid beserta seniman mamaos lain untuk memperkenalkan kesenian ini di Tatar Sunda. Seiring dengan perkembangan waktu, akhirnya pada 1962 kesenian Mamaos mulai dikukuhkan sebagai kesenian pasundan, istilah Mamaos diganti menjadi Tembang Sunda Cianjuran atau kita biasa menyebutnya Cianjuran.

Menyingkap sejarah Cianjuran : http://store.cc.cc/g1g268055
Address : Komp. Grya Bandung Asri Bojongsoang, Bandung,Jawabarat, Indonesia, | Telephone : 02278424408 
Email : pesonanusantaragroup@hotmail.com 
Name : Pesona Nusantara Group | Company : Pesona Nusantara

MOHON MAAF

Untuk perbaikan dan saran anda dimohon untuk meninggalkan pesan, hasil dan jawabannya dapat dilihat di BLOG SANG RAKEAN. Hatur Nuhun







Rajah Karuhun by Agus 1960